100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 33 Semarang )



"ke semarang??. ini udah hampir jam 12 malem zal"
dewi mencoba menanyakan lagi keinginanku,
saya :"iya sekarang kita ke semarang"
dewi :"emm, kamu cuma cari alasan biar gak ketemu risa dulu kan??"
saya :"yaa itu salah satunya, tapi ada beberapa hal lain yang ingin aku lakuin disana"
dewi :"apa itu??"
saya :"kamu akan tau besok pagi, yang penting kita berangkat sekarang ya"
singkatnya dewi berhasil kubujuk, jawabanya tepat saya memang ingin menghindar dulu dari risa, tapi alasanku yang lain adalah saya sudah setahun lebih tidak nyekar ke makan almarhum ibuk dan bapak.



sebelum berangkat kami mampir makan dulu di sebuah warung bakmi kaki lima yang ada di pinggir jalan, sudah lama juga saya tidak makan bakmi godhog,
beberapa hal ringan saya obrolkan dengan dewi, pembeli sepert kami cukup ramai di warung itu membuat yang saya dan dewi harus menunggu cukup lama sampai pesanan kami siap,
saya dan dewi sudah kehilangan topik pembicaraan untuk kami obrolkan, saya cuma menunduk sambil memandangi gelang yang diberikan risa, tertulis namaku dan namanya,
"pakai ini terus ya mas, biar kamu inget terus sama aku" saya teringat kata2 risa saat memakaikan gelang kulit ini..
"ris, aku selalu inget kamu, apa kamu masih memakai kalung itu ris??" saya bertanya dalam hati..
"kamu galau lagi zal?" dewi bertanya..
saya :"cuma memikirkan yang udah lewat"
dewi :"kangen sama yang dulu2??"
saya mengangguk pelan,
dewi :"kalo kamu menyerah kayak sekarang ya siap2 aja nanggung kangen itu sampe kamu tua, tapi kalo kamu berjuang yaa kamu bisa mengulang hal2 yang buat kamu kangen itu sama risa lagi"
saya :"apa kamu pernah dikecewakan seperti ini wi?" saya bertanya balik kepada dewi
dewi :"yaa,, aku sering dikecewakan juga zal, dikecewakan kenyataan, aku cewek yang punya perasaan, meskipun belum pernah pacaran pasti aku juga pernah menjalin hubungan dekat sama cowok"
saya :"boleh diceritain??"
dewi kemudian menceritakan kisah romansanya kepadaku, dia juga pernah jatuh cinta kepada seseorang yang lebih tua 4 tahun umurnya dari dia.
namanya adalah Husain, dewi pertama bertemu denganya saat dewi sma, pertemuanya terjadi saat husein sedang ppl di sekolahan dewi,
dan semua terjadi begitu saja, husin dan dewi menjalin hubungan tanpa setatus, cukup lama. mereka hanya mengungkapkan perasaan mereka masing2,
1 tahun dewi mulai menikmati indanya kasih seseorang,tap.... husin pun harus diambil darinya, ya.. husin meninggal dengan umur yang masih muda, dewi tidak menjelaskan bagaimana sampai husin meninggal,
menceritakan itu pasti cuma akan membuat luka hatinya kembali sakit..
saya :"maaf wi, aku ikut berduka"
dewi :"yaa,, hidup orang seperti kita emang gak mudah ya zal, akupun merasa begitu, saat ada orang baru yang menerima kekuranganku dia harus pergi, kak Husin satu2nya orang yang bisa mengerti aku,
dia begitu melindungiku, tapi semua yang hidup memang bakal mati zal, aku udah ikhlas untuk kepergian kak husin, dan udah saatnya aku berjalan lagi, satu2nya yang membuat aku menyesal adalah aku dan kak husin gak sempat memiliki hubungan seperti hubunganmu dengan risa,
berkali2 kak husin nembak, tapi selalu aku bilang belum siap, dan setelah dia pergi cuma ada penyesalan zal"
saya termenung,, betull juga perkataanya, beberapa kali saya mati2an menjaga risa, mulai dari saat dia koma, saat akan terjadi gempa, dalam hati saya masih sangat besar rasa sayang kepada risa,
tapi entah kenapa egoku menepis semua itu,
saya hanya bisa mengangguk2 seperti orang bodoh, saya paham maksud dewi, tap saya masih ndableg dan masa bodo..
..
kami sudah selesai makan dan langsung masuk mobil kemudian berangkat menuju semarang,
hoamm,, saya sebenarnya sangat mengantuk, saya baru sampai pagi tadi dan kini sudah harus pergi lumayan jauh, tampak dewi sudah tertidur lelap di jok mobil,
dia tetap terlihat cantik saat tertidur, menurutku kecantikan antara dewi dan risa itu berbeda, risa memiliki kecanikan yang terkesan polos dan lugu, dan itu benar2 membuat saya tergila-gila dengan risa,
sedangkan dewi, kecantikanya terkesan anggun dan eksklusif, bahkan dia tidak memakai make up sama sekali kecantikanya akan membuat laki2 yang tidak punya mental cukup kuat menjadi minder..
saya menyelimuti dewi yang nampak kedinginan dengan jaket yang saya bawa...
dan akhirnya kami sudah sampai semarang, tapi tentu saja saya belum sampai di alamat lamaku, saya harus berkendara paling tidak satu jam untuk sampai, sedangkan jam sudah menunjukan hampir pukul 3 pagi..
saya menepikan mobil di rest area sebuah pom bensin, saya membuaka jendela depan dan akhirnya terlelap bersama dewi...
..
suara adzan subuh memaksaku bangun dari tidurku yang hanya sebentar, tampak dewi juga terbangun sambil mengucek2 matanya..
"zal, kita dimana?"
saya :"di semarang wi, aku gak kuat melek trus istirahat disini deh, subuhan dulu yuk"
saya dan dewi melaksanakan shalat subuh di mushala kecil yang ada di spbu itu.
dewi :"kamu gak capek zal?"
saya :"lumayan wi"
dewi :"kita mau kemana sih sebenernya?"
saya :"kamu mau kuajak jenguk orangtuaku"

dewi hanya mengangguk untuk menyetujui ajakanku.
kami sedang sarapan pagi disebuah warung nasi tak jauh dari spbu tadi, sesusai sarapam saya dan dewi segera melanjutkan perjalanan ke makam bapak dan ibuku,
kami sudah sampai di depan gerbang makam, saya menggenggam erat plastik berisi bunga yang akan saya taburkan diatas makam bapak dan ibuk,
"ayo wii" ajaku kepada dewi, kami melangkah masuk dan tak butuh waktu lama saya sudah sampai di kedua makam orangtuaku,
masih terawat dan bersih, Risa benar2 merawat kedua nisan ini, yaaa risa beberapa kali mengatakan kalau berkunjung ke makam ini untuk merawatnya,
dan risa melakukanya dengan sangat baik... "ahhh andai aku kesini sama kamu nduk" gumamku dalam hati.
saya masih berdiri dan melamun di depan 2 batu nisan itu, dewi menyaut bunga yang kugenggam, dia mendahuluiku mendekati makam itu dan berjongkok didekatnya,
"kamu mau melamun terus disitu atau kesini dan ikut berdoa sama aku?" dewi membuat saya tersadar dari lamunanku.
saya mendekatinya dan ikut menaburkan bunga di kedua makam orangtuaku dan berdoa bersama dewi.
"Assalamualaikum pak, buk... ini rizal pulang, bapak sama ibuk dapet nomor antrian berapa di surga??, pak buk terus jaga rizal ya.
sekarang rizal paham, bapak sama ibuk pergi bukan karena gak sayang sama anakmu ini, tapi rizal sekarang udah gede dan paham kalau bapak sama ibuk punya cara sendiri untuk terus menyayangi rizal"
memori nostalgia saat kedua orangtuaku masih bersama kembali muncul di pikiranku..
"sekarang anakmu ini udah jadi calon dokter, gak perlu cerita ya, bapak sama ibuk pasti udah tau. pasti bapak sama ibuk selalu mengawasiku dialam sana kan??,
trimakasih bapak, terimakasih ibuk, rizal harus segera pamit, oh iya ini salah satu temenku di kampus, namanya dewi.."
saya menoleh kearah dewi yang ada disampingku, dia menggenggam pundaku sambil tersenyum tipis..
"semoga bapak sama ibuk mendapat tempat terbaik disisi Allah, Assalamualaikum"
saya mencukupkan nyekar di makam kedua orangtuaku, saya merasa tidak bisa menahan kesedhan tiap kali kesana, tapi yaa inilah yang bisa saya lakukan untuk menghormati kedua orangtuaku yang sudah tiada.
"kamu bikin aku iri zal" dewi membuka pembicaaraan saat kami di dalam mobil
saya :"maksudnya gimana wi?"
dewi :"yaa kamu pasti udah paham"
saya hanya mengangguk, saya memang jauh lebih beruntung dari pada dewi, karena paling tidak saya sudah pernah merasakan indahnya hidup bersama kedua orangtuaku..
sedangkan dewi bahkan tidak mengenal orangtuanya..
saya :"yaa dan kamu juga membuat aku iri wi" saya menimpali
dewi :"maksudmu gimana zal?"
saya :"kamu bisa sekuat ini walaupun sendirian"
dewi :"iya dulu aku sendirian,tapi sekarang aku gak sendirian lagi zal"
saya melihat kearah dewi yang sedang tersenyum kearahku,
saya :"yaa kamu gak sendirian lagi, berjanjilah kita akan selalu menguatkan satu sama lain wi, kamu teman yang baik"
dewi :"begitu juga dengan kamu zal, kamu juga teman yang baik"
kami saling memandang untuk beberapa saat, sampai saya harus kembali fokus mengemudi menuju ke alamat lamaku,
masih ada seorang yang ingin saya temui, dann siapa lagi kalau bukan Sari......
....
...
rumah bercat warna hijau pupus itu mengingatkanku kepada masalalu, tempat ini yang menemaniku tumbuh selama 12 tahun, 2 anak laki yang sepertinya kembar sedang bermain disitu, mereka tampak asik mengayunkan ayunan tua yang dulu sering saya pakai bermain bersama sari..
ya,, saya dan dewi sudah sampai di rumah yang dulu saya tempati dan kini sudah ada penghuni baru menghuni rumah dinas tentara ini..
Dewi :"ini dimana zal??"
saya :"ini rumahku yang dulu wi, udah pernah aku ceritain kan??, aku pengen ngenalin kamu keseorang temenku yang belum sempat aku ceritain ke kamu"
saya mengajak dewi turun dari mobil, dan mendekati rumah itu,
"halooo dek... ayah atau ibuknya ada enggak?"
saya menyapa kedua anak yang memang kembar itu,
"ada om" saut salah satu anak yang langsung berlari masuk kedalam rumah sambil berteriak2 memanggil ibunya, sementara kembaranya dengan malu2 masih berada diatas ayunan,
"iya mas ada yang bisa dibantu??" seorang ibu muda berbicara sambil menghampiri kami, kamipun menyalami ibu itu.
"saya rizal bu, dan ini teman saya dewi, maaf menganggu waktunya, dulu keluarga saya tinggal di rumah dinas ini sebelum keluarga ibu, jadi boleh tidak saya mampir sekedar nostalgia dengan rumah ini?"
saya berbicara dengan sopan, dan berharap diperkenankan oleh penghuni yang baru itu,..
"ohhh,, jadi mas ini putranya pak Hartono?, wahh masuk2 mas, nama saya siti, ini suami saya sebentar lagi juga pulang, pasti seneng bisa ketemu putra pak hartono"
singkatnya kami diperkenankan bertamu oleh ibu siti, penghuni baru rumah dinas tua ini yang bertahun2 kosong setelah saya dan bapak pindah ke jogja.
beberapa hal kami obrolkan, dan yang paling sering ditanyakan adalah tentang bapaku, saya rasa almarhum bapak cukup populer di kalangan dinasnya,
saya :"oh iya buk, gimana tinggal disini betah kan?"
bu siti :"iya betah mas rizal, awalnya saya tajut juga sebelum pindah kesini karena katanya rumah ini yang paling angker, tapi yaa ternyata selama tinggal disini gak pernah terjadi apa2"
saya tersenyum mendengar jawaban bu siti, alhamdulillah makhluk2 halus itu tidak berani lagi mengganggu..
saya :"ohh iya bu, boleh saya ke halaman belakang?? saya mau liat tempa bermain saya dulu waktu masih kecil, kangen"
bu siti :"ohh iya mas rizal, silahkan, saya ngabari suami dulu.. harusnya sudah pulang tak susul ke kantornya sebentar, jangan buru2 pulang dulu ya"
bu siti tampak senang dengan kunjungan saya, apakah suami bu siti adalah teman bapak saat berdinas? mungkin begitu..
saya dan dewi diantar ke halaman belakang dan bu siti berlalu menuju kantor dinas suami beliau yang tidak jauh dari sini..
"zal.. mereka banyak banget, katamu mau ketemu temen disini, tapi kok...." wajar dewi bingung saya belum menjelaskan teman seperti apa yang saya maksud itu,
dan didepan kami para "penghuni" lama lingkungan sini sudah memperhatikan kami, makhluk2 yang suka menerorku saat saya kecil mereka bersliweran, mulai dari pocong,
dan makhluk berbulu lebat itu tampak terheran2 saya kembali kesini...
mereka ketakutan, mungkin mereka mengira saya akan membalas mereka.. saya yang sudah bisa mengendalikan ilmu batin seperti sekarang sudah lebih dari cukup untuk menghadapi makhluk2 itu,,
saya belum menjawab pertanyaan dewi yang tampak gelisah, saya berkonsentrasi untuk meningkakan ilmu batin yang saya punya, sudah lama sekali saya tidak melakukan ini,
mereka kalang kabut melihat saya, saya tidak akan mengusir mereka, saya hanya ingin menggertak mereka agar idak macam2..
saya :"kamu akan tau wi, dia adalah teman yang melindungiku saat aku kecil"
dewi :"jangan2?? ...."
saya mengangguk pelan dan mengajak dewi ke halaman.... sari dimana dia?? dia belum kelihatan..
"zall, mungkin dia yang kamu cari" dewi lebih dulu menyadari kehadiran sari dibelakang kami, dia muncul dari semak2 belakang yang sampai saat ini memang masih rimbu dengan pepohonan..
saya :"sarii 😊 "
dewi sedikit takut rupanya, dia memegang lenganku...
"rizal kini sudah dewasa, aku senang kamu mengunjungiku, dan apa kamu membawa teman yang sama istimewanya denganmu?"
sari melayang mendekati kami dia dengan sekejab berubah wujud dari anak kecil menjadi perempuan yang seolah seumuran denganku,
risa.. benar2 mirip dengan risa yang saya lihat semalam, sari dan risa, kalau reinkarnasi itu benar adanya mungkinkah risa adalah reinkarnasi dari sari?
sari :"apa yang membuatmu kesini rizal?, bukankah kehidupanmu sekarang sudah sempurna?"
saya :"yaa hidupku sekarang sudah lebih baik, tapi bukankah itu semua juga berkatmu sari?, dan aku juga masih punya hutang denganmu"
sari :"kamu yang berusaha zal, aku hanya menemanimu saat kecil dan sekarang kamu sudah cukup dewasa dan kuat untuk menghadapi apapun, bukankah sudah pernah aku bilang kalau kamu akan jadi orang besar besok,
dan mengenai janjimu, kamu belum bisa menepatinya sekarang, akan ada waktu sendiri aku menuntut janjimu"
saya :"tidak kah kamu memberitauku aku harus bagaimana? dan apa yang bisa aku lakukan untukmu?"
sari :"udah kubilang belum saatnya, beberapa tahun lagi, bersabarlah"
saya mengangguk pelan, saya mencoba menerima jawaban sari yang benar2 membuat saya bingung dan penasaran..
saya :baiklah, aku bakal nunggu kamu ya
sari tersenyum, masih seperti dulu kehadiranya selalu diiringi wangi melati..
sari :"dan siapa temanmu yang baik ini??" sari berbicara sambil melihat kearah dewi
dewi :"namaku dewi 😊 "
sari :"hmm.. tolong teruslah menjadi teman rizal ya, kamu perempuan yang sangat baik"
dewi tampak sama sekali tidak takut sekarang..
saya :"sari apakah kamu......"
"kamu sudah bisa bisa menghadapi masalahmu sendiri zal, sebaiknya jangan terlalu dekat denganku lagi, hadapi hidupmu.. kamu manusia yang hebat, aku harus pergi...
jangan menemuiku lagi zal kalau tidak ada sesuatu yang sanga penting, hiduplah bersama kaum mu, dan ingatlah janjimu, terimakasih.. sampai jumpa beberapa tahun lagi, dewi sampai jumpa, kamu bahkan lebih kuat dari pada rizal, kamu harus mengajarinya"
sari membalikan badanya, dan kembali berwujud anak kecildan berlari kererimbunan.
saya bahkan belum sempat menyelesaikan kalimat saya, kenapa dengan sari??
"sari,, dia merasa tersiksa zal" dewi berbicara disebelahku,
saya :"apa maksudnya wi??"
dewi :"entahlah, aku merasa dia tersiksa disini"
saya :"trus sekarang aku bisa apa? dia bahkan gak bilang aku harus gimana"
dewi :"dia udah bilang tadi zal"
saya :"haa??"
dewi :"dia bilang kamu harus bersabar sampai saatnya kamu bantu dia"
saya berpikir jawaban dewi ada benarnya...
"haloo, kamu rizal ya??"
kami sedang berdiri di halaman belakang sampai ada seseorang berseragam dinas harian tentara yang menyapa kami.
beliau adalah pak Sangadi, penghuni rumah dinas ini,,
beliau tampak senang dengan kunjunganku, kami banyak ngobrol dan dari obrolan kami saya tau ternyata pak sangadi ini adalah teman satu angkatan almarhum bapak saat pendidikan militer dulu.
beliau juga mengatakan begitu merasa kehilangan saat mendengar kabar bapak meninggal secara tragis..
"dulu sebelum pindah tugas ke semarang, saya tugas di jakarta, awal ditawari tinggal dirumah dinas ini saya menolak, tapi begitu tau kalau rumah ini dulu dihuni Hartono dan keluarga saya langsung mengiyakan"
pak sangadi bercerita tentang masa muda beliau bersama bapak dulu, saya selalu tertarik dengan cerita tentang masa muda bapak yang dituturkan oleh orang lain, ternyata bapak adalah sosok panutan dari banyak orang.
sungguh bahkan setelah bertahun2 kematianya beliau masih mebuat saya takjub sampai sekarang..
singkat cerita saya dan dewi pamit untuk kembali pulang kerumah..
dewi :"bapak kamu ternyata orang yang hebat ya zal 😊"
saya :"akupun gak menyangka beliau tetap disanjung setelah sekian lama kepergianya"
dewi :"andai aku punya keluarga kandung"
saya :"besok kamu akan membuat keluarga bahagiamu sendiri"
dewi :"iya zal. aku akhir2 ini sering berkhayal, kalau besok aku punya anak, maka tidak akan aku biarin dia senasib sama aku sekarang, aku akan terus jaga dia"
saya mengangguk2 sambil tersenyum mendengar celotehan dewi yang menurut saya terlalu jauh pikiranya..
dewi :"hehh kenapa?? senyam senyum terus, aku berlebihan ya??"
saya :"ahaha egak wi, kamu bener kok, cuma sekarang aku belum mikir sampe situ"
dewi :"kamu sihh, kita udah 20 tahunan, harus mikir dari sekarang dong"
saya kembali setuju dengan logika2 yang diberikan dewi, anak ini benar2 membuat saya kagum..
tak terasa saya sudah sampai didepan pintu rumah, saya sudah memarkirkan mobil ke garasi, dan begitu saya mau masuk kedalam rumah di pintu depan sudah tertempel tulisan pada selembar kertas yang berbunyi
"MAS!! KAMU diMANA?? KENAPA GAK NEMUIN AKU?, KAMU PULANG GAK BILANG DAN SEKARANG NGILANG KEMANA?, KENAPA NITIP SURAT KAYAK GITU KE AYAH?? APA MAKSUD SURATMU MAS? MAS POKOKNYA CEPET HUBUNGI AKU,AKU SEMALEMAN NUNGGU KAMU DISINI SAMPE PAGI, AKU BALIK KESINI SETELAH PULANG KAMPUS!
-risa"


Sumber Kaskus

Comments

Popular Posts