100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 41 Risa dan Dewi )



“yang itu mas, aduh kelewatan kan” risa berseru sambil menggoyang2kan punggungku yang sedang khusuk menyetir,
“bukan disana nduk, tapi yang itu, ahh kamu malah ngaco” jawabku tak kalah ketus, kami sedang ribut masalah jalan menuju ke panti tempat tinggal dewi, Risa yang sedari tadi nyerocos memaksaku bersuara tidak kalah keras disana, sekian lama denganya mungkin saya akan ketularan penyakit bawelnya.
Kami berdua memang buta dengan peta Jakarta, jalanan yang macet dan bercabang membuat kami pusing, apalagi waktu itu adalah jam istirahat kantor, jadi benar2 membuat jalanan bertambah ramai.


Mau tak mau kami harus menggunakan teknologi GPS (gunakan penduduk sekitar) dan akhirnya setelah 2 jam mencari alamat kami sampai di tempat dimana dewi tinggal..
Sebuah bangunan yang terlihat berumur namun terawatt, dihalaman depan tampak banyak anak-anak berkisar usia 5-10 tahun sedang bermain bola plastik yang sudah penyok, pagar besi berkarat setinggi dada mengelilingi bangunan itu, didepan ada sebuah gapura kecil dengan sebuah papan kayu usang bertuliskan “Panti Asuhan xxxxx “ sebagai penanda bahwa kami tidak salah alamat.
Selama beberapa detik saya dan risa saling berpandangan, saya menunggu kode dari risa untuk turun dan memencet bell di pintu gerbang kecil itu, “ayo mas, nunggu apa?” tanyanya sambil mengelus lenganku. Saya hanya mengangguk sambil turun dari mobil dan memencet bel yang berada persis disamping pagar, ting tong ting tong, perlu beberapa kali saya memencet sampai seorang ibu paruh baya muncul dengan sedikit berlari menghampiri kami dan membuka gerbang.
“selamat siang.. ada yang bisa saya bantu?” Tanya ibu itu dengan tersenyum
“iya bu, maaf mengganggu, saya mau Tanya apa benar Dewi Iryana tinggal disini?, saya Rizal teman kuliahnya, kesini membawa titipanya yang ketinggal pas di jogja kemarin” jawabkusambil menyalami ibu itu.
“ohh mas rizal ini to yang sering diomongin sama Dewi, saya Tarsih mas, pengurus panti. ayo mas masuk dulu, dewi lagi ngurus anak-anak, ayo mas mobilnya dimasukan dulu” ibu itu mengajaku dengan wajah senang,
Saya kembali kedalam mobil dan disambut risa dengan senyum manisnya, 
Risa : “beneran ini kan mas tempatnya?”
Saya :”betul nduk, yok ahh markir mobil dulu” jawabku sambil memasukan mobil kedalam pekarangan panti asuhan itu, saya dan Risa turun dari mobil dan melihat belasan anak-anak kecil yang berhenti bermain, mereka menatap kami dengan tatapan yang lucu. Mereka tiba2 berlari dan menghampiri kami sambil berebut bersalaman dengan kami, tidak ada yang bisa saya lakukan selain menyambut tangan-tangan kecil mereka sambil tersenyum, saya menoleh kearah risa yang sedang berjongkok dan tersenyum sambil menyalami masing2 dari anak2 itu, beberapa kali dari lisanya bertanya “adek siapa namanya” , memang Risa ini sangat mudah beradaptasi.
Bu Tarsih :”ayo anak2 mas sama mbaknya jangan diganggu, biar istirahat dulu, ini tamu dari jauh”
Bu tarsih berseru agar anak-anak berhenti mengerumuni kami,
Risa :”ahh gak masalah bu, namanya juga anak-anak  “. Risa menjawab dengan nada sopan sambil menyalami bu tarsih.
Bu tarsih :”yasudah sekarang mas sama mbak masuk dulu di ruang tamu ya, biar saya manggil dewi dulu” 
Bu tarsih mengajak kami masuk ke ruang tamu, sambil sedikit berbincang dengan saya sekedar berbasa-basi dengan pertanyaan ringan, sedangkan risa dia malah belum beranjak dari tempatnya tadi dan masih asik berkenalan dan bercanda dengan anak-anak panti, dia memang senang dengan anak-anak, tak heran jika sudah bertemu keponakan yang masih anak2 dia selalu jadi tante favorit.
“nduk, masuk dulu yuk” seruku sambil melambai mengajak risa masuk.
“iya mas, bentar!!, ehh adek-adek, kakak tinggal dulu ya.. nanti kita ketemu lagi” risa berpamitan dengan anak-anak itu sambil sedikit berlari kearahku, dia memegang lengankku sambil tersenyum senang, entah apa yang membuat dia terlihat demikian.
Kami diminta duduk dan menunggu sebentar sementara bu tarsih beranjak untuk mencari dewi yang katanya sedang berada di salah satu kamar anak.
Saya melirik kearah risa yang sedang asik memandang sekeliling ruangan dengan senyuman yang tak lepas dari bibir tipisnya.
Saya :”kenapa nduk? Sumringah banget??”
Risa :”hehe gapapa sih mas, seneng aja liat anak-anak lagi pada maen, tapi disatu sisi aku juga merasa…….”
“Rizal???”
Belum selesai Risa berucap dewi sudah muncul menyapa kami, wajahnya tampak sedikit kaget melihat saya dan risa mampir ke tempatnya.
Dewi :”kamu kok sampe sini?, gak bilang2 lagi, Dasar!!” 
Saya :”hehe gak ada waktu buar omong wi, lagi pula aku kesini juga buat ngasi barang kamu yang ketinggalkan, oh iya kemarin kamu belum kenalan kan?, nduk kenalin ini Dewi, dan Dewi kamu tau ini siapa”
Risa :”hallo Dewi  “
Dewi :”Risa  aku dah sering denger tentang kamu ”
“zal, semua udah baik kan?? Kamu digamparin sama risa? Kok ampe bonyok gitu?”
Tanya dewi dengan sedikit berbisik,
Saya :”ahhh panjang ceritanya wi” jawabku asal, karena enggan mengingat peristiwa tempo hari
Dewi :”yaudah, ayo aku anter ke kamar dulu yuk, tapi kamarnya Cuma ada satu yang kosong, kalian pake kamarku aja gapapa kan?”
Risa :”ehh gapapa wi, aku biar tidur dideket anak-anak aja gapapa ya, yayaya aku pengen deket anak-anak pleaseee” 
saya :”hooh gapapa nduk, jadi aku tidurnya sekamar sama dewi yak 😁 “
Risa :”ihhhh masss… apaan sih? Awas aja ya kalo sampe gitu, heran aku sama kamu mas, pulang dari Ausie kok jadi mesum gitu otaknya, wii ati2 ya sama dia kalo disana “
Dewi : 😁
Tak terasa kami sudah menghabiskan satu jam lebih untuk mengobrol, dewi dan risa mereka sangat cepat akrab satu sama lain, dewi yang setauku pendiam tiba2 jadi banyak bicara saat dekat dengan risa, ternyata benar dugaanku, mungkin besok akan saya jadikan bahan penelitian dengan tema “penyakit menular cerewet” .
Hari semakin sore, saya dan risa sudah dipersilahkan mandi dan sedikit beristirahat di rungan kecil yang sudah disediakan untuk kami, saya sedang duduk sebntar sambil meminum sisa teh botol yang saya bawa di tas, sementara risa, entah apa yang dilakukan. Dia asik membongkartas sepertinya mencari sesuatu.
“nduk, cari apa kamu?”
“eh ini mas, akucari camilan nihh”
“ngemil terus, ntar gendut lohh”
“ihhh bukan buat aku mas, buat anak2..kemarin kita kelupaan gak bawa oleh2 buat mereka kan?, aku disini ngerasa kasian sama mereka mas” pandangan risa tidak bergeming dari tasnya, sedangkan tanganya sibuk menata beberapa bungkus snack yang sudah kami beli untuk bekal perjalanan kemarin.
“jangan gitu nduk” jawabku dengan serius
“jangan gitu gimana mas?, apa mas gak kasian sama mereka anak2 sekecil itu udah tinggal disini?” risa menoleh kearahku dengan tatapan bertanya.
“bukan begitu nduk, kamu tau Aku sama seperti mereka, walaupun aku enggak pernah tinggal di panti tapi kerinduan tentang kasih sayang orangtua juga sering aku alami. Selama ini aku menghindari satu sikap dari orang lain nduk.kamu tau apa itu? Itu adalah belas kasihan”
Tangan risaberhenti bergerak, risa yang dari tadi berada di pojok ruangan kini beranjak dan berjalan kearahku kmudian ikut duduk dismpingku. Dia mengusap lenganku lembut, raut wajahnya seperti menyimpan pertanyaan.
Risa :“maksud mas?, bukanya rasa kasian itu menunjukan simpati kita?” risa bertanya lagi.
Saya :“itu dua hal yang berbeda nduk”
Saya :“rasa simpati itu itu seperti kamu tertarik kepada seseorang entah itu lewat kepintaranya, wibawanya dll. Tapi kasian adalah sikap dimana nuranimu berkata bahwa orang ini sangat menderita, orang ini butuh dibantu, orang ini lemah, orang ini tidak bisa berbuat sesuatu jika tidak ditolong dll. Aku tau maksudmu baik nduk,Cuma sedikit sharing aja sih.mungkin mereka masih anak2, tapi mereka akan dewasa juga dan orang yang dibesarkan dengan belas kasian akan tumbuh jadi orang yang selalu mengharap belas kasiahn orang lain, dan percayalah orang seperti itu tidak akan pernah hidup bahagia”
risa hanya diam, tapi dia tersenyum manis, memang gadis ini dibekali dengan otak cerdas jadi tiap obrolan kami jarang sekali terjadi salah paham...
Risa :”aku paham mas,  maafin aku ya, betul katamu mas”
Risa menyandarkan dagunya kebahuku sambil berbisik manja.
“tapi kalo kita keluar beli camilan yang banyak buat anak2 gak papa kan mas?”
Saya tersenyum mendengar permintaan risa...
“kalo itu boleh  “ 
Akhirnya kami pergi sebentar menuju sebuah minimarket yang tidak jauh dari panti itu, saya memilih beberapa makanan yang tahan lama seperti manisan dan asinan, tidak lupa beberapa kaleng susu saya ambil, sedangkan risa yaa namanya perempuan, dia belanja dengan tanpa aturan apapun makananyang bisa masuk kedalam keranjang belanjaanya akan dia bawa, dan jika kalian tau jumlah barang yang risa ambil kalian mungkin akan heran.. -__-
...
“ayo adik2 ini kakak bawain makanan ayo semua ambil”
Risa berbicara dengan sekumpulan anak yang mengerumuninya yang membawa empat plastik ukuran besar yang berisi penuh dengan snack..
Segera sajabelasan sampai puluhan anak2 itu mengrubuti risa yang tampak tersenyum sangat lepas..
Saya memandangya dari kursi yang tidak jauh dari tempat risa berdiri sambil ikut tertawa melihat risa yang mulai kewalahan karena dikeroyok anak2 yang saling berebut snack..
“kalian gak perlu repot2 kayak gitu”
Suara dewi mengalihan perhatian saya, dia duduk sambil ikut tersenyum, sesekali dia menasihati anak2 yang membuat risa tampak kerepotan..
“aku sama sekali tidak kerepotan wi” jawabku dengan santai,
Dewi beranjak dan ikut membantu risa untuk membagikan snack2 itu,kedua gadis lembut itu memperlakukan anak2 itu seolah mereka adalah keluarga mereka.
saya sekali lagi melamun dan memandang dua gadis didepanku..
“sempurna” ya kata itu cocok menggambarkan masing2 dari personal Risa dan Dewi,
Cantik, briliant, ulet, dan mereka memeliki pesona yang saya jamin akan membuat laki2 normal jatuh hati, pesona itu adalah ketulusan mereka. 
Dewi adalah sosok yang mengajari saya tentang seburuk atau sekacau apapun keadaanmu saat ini kamu akan selalu punya celah untuk mensyukuri keadaanmu saat itu, sedangkan risa dia adalah orang yang menemaniku dalam setiap inci perjalanan hidupku, dia mengajariku bahwa ketika seluruh dunia seolah tidak berpihak kepadaku Tuhan akan mengirimkan satu orang untuk menguatkanku, dan orang itu adalah dia. Risa juga merupakan jawaban dari apa yang diajarkan dewi padaku, yaa risa adalah hal atau celah yang harus aku syukuri keberadaanya..
Beberapa kali terbesit diotaku, bahwa Tuhan selalu memberikan hal baik disetiap kesulitan. Mungkin tuhan mengirimkan hal baik itu dalam bentuk manusia bernama Risa dan Dewi itu..atau mungkin mereka sebenarnya bukan manusia, melainkan malaikat yang dikurung dalam wujud manusia.
Saya tidak sadar larut dalam lamunan itu sambil senyam senyum sendiri, sampai mendadak ada suara yang membuyarkan lamunanku.
“mas malah senyam senyum sendiri, ngelamun jorok ya?? Sini bantuin aku, ini berat buanget taukk”
Haha risa dasar risa, ucapku dalam hati baru saja saya memujinya dalam hati kini dia sudah mengganggu ketenanganku.


Sumber Kaskus

Comments

Popular Posts