100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 43 Pesan Sari )



“nasi gudeg manggar + sambel ati krecek, sedap nihh“ saya menggumam saat melihat isi bungkusan itu, sarapan pagi dengan menu yang istimewa, sudah sangat lama saya tidak makan gudeg khas kotaku, saya beranjak kedapur untuk mengambil sendok dan menikmati makan pagi itu, saya mengutak atik hp dan mengirim sms ke risa, sekedar berterimakasih, tadi pagi risa menyiapkan makanan ini di meja makan saat saya belum bangun, setelah subuh tadi saya memang tidur lagi, atau lebih tepatnya ketiduran. Secarik kertas kecil diatas meja menandakan bahwa ini adalah pemberian risa. 

“mas, ini sarapanya ya... spesial cinta tuh 😁 dimakan ya kalo gak habis jangan dibuang
Love
Risa “



saya hanya bisa tersenyum melihat perhatian risa kepadaku, terbesit rasa syukur memiliki anak itu disampingku.
Itu adalah hari ketiga setelah kami pulang dari kediaman dewi. Walaupun dengan berat hati meninggalkan anak2 akhirnya risa mau dibujuk pulang.
Semalam om bowojuga mampir beserta istri beliau, mereka tampak senang melihat saya sehat sehat saja, begitu juga dengan saya yang senang dengan om bowo beserta keluarga yang sehat2saja.
Saya tidak ingat banyak dengan kegiatan saya hari itu, yang jelas saya hanya berdiam dirumah sambil memetik gitar lamaku dikamar.. sampai sesuatu mengejutkanku
Prakkk... “bahayaa, bahaya, bahaya”
Saya terkejut dengan suara barusan...ternyata itu adalah bunyi dari koleksi mainan robot2anku dimasa kecil. Tanpa sebab mainan itu terjatuh dari atas rak koleksi, bahkan mainan yang bisa bersuara itu sampai menyala.. saya memungut mainan itu yang mungkin sudah saya miliki selama belasan tahun,benda2 masa kecil saya memang masih terawat bahkan sampai sekarang,
aneh...Mainan itu menyala, padahal sudah bertahun2 saya tidak mengganti baterainya..
saya memperhatikan mainan itu, itu adalah mainan yang dibelikan almarhum ibu di pasar malam sekaten saat saya masih tk, lebih rinci lagi coba saya ingat... mainan ini adalah mainan yang berjalanan dibawah kasur saat “mata” ini pertama terbuka... mainan ini menunjukan “penampakan” wanita bersimbah darah di bawah kasur..
saya memfokuskan pikiran sejenak, mencoba mempertajam batin ... tidak ada apapun ya disekitarku bersih dari “gangguan”.. anehhh... lagi2 saya bergumam dengan hal barusan.. saya mematikan tombol off mainan itu dan duduk kembali dikasur..
saya memandangi sekeliling kamar dan terlihat koleksi barang2 lamaku... mainan.. ya benda koleksiku mayoritas adalah mainan, saya ingat hampir setiap hari di masa kecilku, bapak membelikanku mainan baru, karena saya dulu tidak memiliki teman..jadi bapak meberi alternatif dengan membelikanku apapun mainan yang saya sukai..
mata saya tertarik mengamati tumpukan lego di sudut rak,saya mengambilnya dan mencoba mengingat lagi, tidak....saya sama sekali tidak ingat, bukan lupa tentang lego itu yang saya lupa adalah bentuk legonya,seingatku saya membentuk lego dengan wujud mobil saat terakhir saya tinggalkan, tapi yang saya temukan saat ini adalah lego itu berbentuk manusia,membentuk sebuah kepala, badan dan anggota tubuh lain yang kecuali kaki kiri..aneh...ya benar2 aneh..
saya kembali terdudukk di kasur sambil menerawang sekeliling kamar....
semua barang masih tetap berada di posisinya, bahkan debu yang menempel di mainan2 itu menunjukan bahwa sudah lama tidak ada tangan manusia yang menjamahnya...
buku gambar...
tunggu dulu... buku gambar??? Harusnya benda itu tidak ada disini...
saya semakin yakin ada campur tangan “pihak ketiga” di kejadian aneh ini...
saya membuka dengan seksama lembar tiap lembar dari buku gambar yang sudah terisi penuh itu,
di halaman paling akhir saya mengamati ada hal yang menarik pada gambar yang tertuang disitu, ada nama yang tertulis disitu, namaku dengan tulisan khas anak sd, disamping namaku ada sbuah bilangan yang menunjukan angka 7,0..tapi bukan itu yang menarik perhatianku, melainkan gambarnya... gambar pohon... gambar pohon dengan buah, pohon dengan daun lebat berwarna hijau, pohon dengan batang besar... ada dua,, tapi yang satunya roboh,seperti dipotong atau sengaja dirubuhkan...beberapa bujur garis menggambarkan ayunan yang menjuntai di pohon yang masih berdiri, dibawahnya digambar sosok 2 anak, laki2 dan permpuan sedang berdiri di sebelah ayunan itu...
“sari” ...saya membatin..ingatan saya kembali saat menggambar itu, di masakecil beberapa kali saya mendokumentasi peristiwa bermain saya dengan sari lewat coretan crayon...
“dia terlihat menderita”
Tiba2 terbesit kata2 Dewi saat kami bertemu sari di rumah lamaku...
“apa kamu semenderita itu?” tanyaku dalam hati..
Petanyaan itu muncul saat saya menutup lembar terakhir buku itu, yang ternyata saya salah. Itu bukan lembar terakhir, masih ada lembar paling belakang, dari gambar itu, itu adalah gambaran tanganku tapi memori otaku menolak mengatakan bahwa saya pernah menggambarnya,, disitu tergambar sosok wajah perempuan yang menangis... yang lucu adalah air matanya diwarnai dengan crayon warna merah
*****
Selama beberapa lama tubuh saya terasa menggigil seperti bergidik ngeri, atau entahlah mengatakanya, kalian pernah merasakan hal itu? Seperti tubuh kalian merinding karena dilewati sesuatu?
Sari, tapi dia melarangku untuk bertemu denganya... saya bingung...
Ini adalah pesan dari sari, paling tidak itu asumsi yang terbesit di nalarku..
Tapi beberapa waktu lalu sari tidak memperbolehkanku bertemu denganya..
“belum saatnya rizal”seolah itu seperti permintaan sari..
Apakah yang dimaksud sari dan apa permintaanya sebenarnya, dan yang terpenting apa yang bisa saya lakukan untuknya?
***
Saya tidak sadar bahwa saya melamun cukup lama sampai mendengar suara adzan dzuhur...
Saya menyaut sarung dan menuju masjid.. sesekali saya melamun sambil berjalan,saking asiknya melamun saya jadi menghiraukan bebrapa sapaan tetangga,sampai akhirnya saya ditepuk oleh pak imron, “wahh iki jannn pak dokter ngelamun ae”
Pak imron, beliau sering disapa ustad di daerahku karena beliau sering mengisi pengajian, 
“ehh bapak, iya ini pak lagi banyak pikiran” jawabku sambilsedikit cengengesan..
“walah cah enom, kaya mikir utang ae, ayo cepet yo udah mau qomat”
Jawab pak imron dengan dialek jawa yang kental ..
..
..
..
Selepas dzuhur saya kembali kekamar, sambil melepas sarung saya merebahkan diri ke kasur.
Hmmm... orang jawa menyebutnya “bruwet” atau ruwet, pikiranku serasa ruwet karena rasa penasaran itu...
apa sari tadi masuk kesini?? tidak harusnya saya bisa menangkap jejak kehadiranya. tapi bau melati ini??
saya mencium bau melati.. kehadiran sari biasanya ditandai dengan harum melati,
apakah dia akan datang? saya menunggunya, cukup lama... dan yang aneh adalah saya malah tertidur

“mas...” tepukan dipipiku membangunkanku.. ternyata risa...

Saya berpikir bahwa akan bertemu sari, ternyata tidak, aroma melati itu tidak mendatangkan sari, risa masih menepuk2 wajahku,mataku memang sudah terbuka, tapi saya memang belum merespon risa yang sudah membangunkanku...
Saya akhirnya bangun sambil mengucek2 mata... 
“iya2 ini udah bangun nduk, huhh biasaan deh nepoknya kenceng banget”

Diam... risa diam dia hanya menatapku, wajahnya menunjukan rasa khawatir...
“mas ini beneran kamu??”

Saya masih belum paham dengan arah pembicaraan risa, 

“ya siapa lagi nduk, ambilin air dong..kok tenggorokanku serak banget ya” pintaku kepada risa.

Tenggorakanku terasa serak dan kering, apa mungkin tidurku mangap tadi? Saya melihat kasurku yang berantakan, ahh mungkin tadi aku tidurnya banyak gerak. Batinku dalam hati.

“makasih nduk” ucapku sambil menerima segelas air putih dari risa..

“mas” risa berkata sambil menggenggam lenganku 

“apa nduk? Ada yang serius?”tanyaku karena melihat sikap risa yang tidak biasa..

“ini mas rizal kan?” risa mengulangi pertanyaan yang sama...

“omong sekarang nduk ada apa?”

“emm.... tadi aku kesini mas,, dan aku kira tadi aku ngomong sama kamu mas pas kesini. Tenyata aku ngomong sama sesuatu yang lain. suaramu kayak cewek mas... aku takut, tapi aku gak mau ninggal kamu. Kamu kayak orang kesurupan, njerit2 pelan, merintih minta tolong, dan terakhir tadi bilang temui aku saat 100 tahun setelah aku mati


Sumber Kaskus

Comments

Popular Posts